Kisah sukses Agak Laen adalah anomali yang indah, sebuah bukti bahwa ide yang lahir dari keisengan dan persahabatan tulus bisa mengguncang industri. Film ini berakar dari siniar (podcast) populer berjudul sama yang digawangi oleh empat komika berdarah Batak: Bene Dion, Boris Bokir, Indra Jegel, dan Oki Rengga. Kejenakaan dan kimia alami mereka saat membahas kehidupan orang Medan berhasil membangun basis penggemar yang sangat loyal.
Potensi ini ditangkap oleh Imajinari, rumah produksi yang didirikan oleh komika Ernest Prakasa dan Dipa Andika, yang sebelumnya sukses dengan Ngeri-Ngeri Sedap. Di bawah arahan sutradara Muhadkly Acho, yang juga seorang komika, proyek ini digarap dengan ambisi besar. Salah satu keputusan krusial yang menunjukkan komitmen mereka pada realisme adalah penggunaan pasar malam sungguhan sebagai lokasi syuting utama, bukan sekadar set buatan. Keputusan ini membuat biaya produksi membengkak, menjadikan
Agak Laen sebagai film termahal yang pernah diproduksi oleh Imajinari.
Meskipun tidak ada angka anggaran pasti yang dirilis, label “film termahal” menjadi sangat kontras dengan pendapatan kotornya yang fenomenal. Dengan lebih dari 9,1 juta penonton, film ini diperkirakan meraup pendapatan kotor sekitar Rp 136,8 miliar, sebuah pencapaian luar biasa yang membuktikan bahwa investasi pada kualitas dan otentisitas akan terbayar lunas.
Pemeran Film Agak Laen
Kekuatan utama Agak Laen terletak pada ansambel pemerannya. Keempat anggota podcast, Bene Dion, Boris Bokir, Indra Jegel, dan Oki Rengga, tidak hanya membintangi film ini tetapi juga memerankan versi fiksi dari diri mereka sendiri, membawa serta dinamika dan chemistry yang sudah terbangun solid dari siniar mereka.
Mereka didukung oleh jajaran aktor dan komika papan atas yang membuat setiap adegan terasa hidup dan penuh tawa. Tissa Biani berperan sebagai Marlina, kekasih Oki; Indah Permatasari sebagai Intan, petugas karcis yang menarik hati Jegel; dan Arie Kriting sebagai Jongki, manajer pasar malam yang licik. Selain itu, penampilan dari Mamat Alkatiri, Praz Teguh, Arief Didu, hingga Sadana Agung Sulistya menjadikan film ini seperti sebuah panggung besar bagi komunitas stand-up comedy Indonesia, di mana setiap punchline dieksekusi dengan sempurna.
Sinopsis Film Agak Laen
Cerita dimulai dengan potret empat sahabat yang sedang berada di titik terendah dalam hidup mereka. Bene, Boris, Jegel, dan Oki sama-sama butuh uang untuk mengejar mimpi dan menyelesaikan masalah masing-masing. Bene butuh dana untuk pesta pernikahan megah demi memenangkan hati calon mertua; Boris ingin mendaftar menjadi tentara untuk memenuhi harapan orang tuanya; Jegel terlilit utang judi dan dikejar-kejar penagih utang; sementara Oki harus membiayai pengobatan ibunya yang sakit keras.
Satu-satunya harapan mereka adalah sebuah wahana rumah hantu di Pasar Malam Rawa Senggol yang mereka kelola. Sayangnya, rumah hantu itu lebih lucu daripada seram, sepi pengunjung, dan hampir bangkrut. Setelah didesak oleh Jongki, sang manajer, mereka memutuskan untuk merenovasi total wahananya agar benar-benar menakutkan.
Rencana mereka berhasil, bahkan terlalu berhasil. Seorang pengunjung, seorang politisi yang sedang kampanye dan memiliki riwayat penyakit jantung, tewas di tempat karena serangan jantung akibat ketakutan. Panik dan takut dipenjara, keempat sahabat itu membuat keputusan gila: mereka mengubur jenazah sang politisi di dalam salah satu dinding rumah hantu mereka.
Di sinilah ironi terbesar dimulai. Arwah sang politisi yang gentayangan justru membuat rumah hantu mereka menjadi wahana paling otentik dan menakutkan se-Indonesia. Pengunjung membludak, uang mengalir deras, dan mereka mendadak menjadi selebriti lokal. Namun, kesuksesan ini datang dengan harga yang mahal. Mereka harus hidup dalam ketakutan, berusaha mati-matian menyembunyikan kejahatan mereka dari penyelidikan polisi yang dipimpin oleh AKP Tohar Wahyudi dan dari keluarga korban yang terus mencari. Komedi film ini lahir dari kekacauan mereka dalam menyeimbangkan ketenaran baru dengan rahasia kelam yang terkubur di balik dinding, mengarah ke sebuah klimaks yang penuh tawa, ketegangan, dan persahabatan yang diuji hingga batasnya.
Kesuksesan Agak Laen lebih dari sekadar cerita yang lucu atau pemasaran yang cerdas. Film ini adalah puncak dari apa yang bisa disebut sebagai “sinema berbasis komunitas”. Keberhasilannya tidak dibangun dari atas oleh studio, melainkan dari bawah, oleh sebuah komunitas yang sudah ada dan solid: para komika dan penggemar mereka. Sutradara, produser, dan hampir seluruh jajaran pemain berasal dari ekosistem stand-up comedy yang sama, menciptakan lingkungan produksi yang terasa seperti proyek gairah bersama, bukan produk manufaktur. Penonton, yang sebagian besar sudah menjadi pendengar setia podcastnya, merasa memiliki film ini. Mereka bukan hanya merekomendasikan sebuah film, tetapi mendukung karya dari kreator favorit mereka. Janji para pemain untuk menjadi “manusia silver” di Bundaran HI setelah mencapai 7 juta penonton, yang kemudian mereka tepati, adalah simbol sempurna dari ikatan antara kreator dan komunitasnya ini. Ini adalah model baru yang menunjukkan bahwa membangun dan merawat komunitas yang berdedikasi bisa menjadi jalan yang lebih efektif menuju kesuksesan box office daripada hanya mengandalkan bintang besar atau iklan konvensional.
No Comment! Be the first one.